Selasa, 26 Mei 2009

Tokoh-tokoh Feminis dan Teori-teorinya

Luce Irigarai
Irigarai mengemukakan argumentasinya dengan menolak pendapat Freud dan Lacan, yaitu: yang real, yang simbolik, dan yang imajiner. Sebagai orang ahli bahasa, Irigari memusatkan perhatiannya pada sizofrenia, yang dianggap sebagai bahasa pribadi atau idialek yang pada dasarnya mengikuti aturan linguistik meskipun secara terus menerus dilanggar. Irigarai terutama meneliti tatanan simbolik, kondisi bahasa yang dianggap bersifat maskulin atau patriarkat.
Menurut Irigarai perempuan adalah laki-laki yang terkastrasi, laki-laki yang dikebiri. Oleh karena itu, untuk menyamai phallus laki-laki maka perempuan harus berbicara melalui bahasa. Untuk membentuk citra dirinya sendiri perempuan harus mampu tampil bagi diri mereka sendiri dengan cara yang berbeda seperti yang dilakukan oleh kaum laki-laki. Irigarai juga menolak perhatian Freud dan Lacan yang memusatkan pada penis. Vagina dianggap sebagai rumah penis, klitoris dianggap sebagai penis kecil. Sebaliknya menurut Irigarai wanita justru memiliki organ seks hampir dimanapun dan geografi kenikmatannya lebih bervariasi,lebih rumit, dan lebih luas.

Julia Kristeva
Kristeva bergabung dalam kelompok Tel Quel pimpinan Philippe Sollers, yang kemudian menjadi suaminya. Sebagaimana ciri-ciri khas postmodernisme, Kristeva mendekonstruksi hegemoni kebudayaan barat dengan menampilkan teks sebagai material produksi. Salah satu konsepnya adalah semanalysis, metode yang memusatkan perhatian bukan semata-mata pada fungsi bahasa sebagai sarana komunikasi melainkan juga material bahasa seperti suara, irama, dan ciri-ciri grafis.

Helene Cixous
Helene Cixous adalah seorang novelis, penulis drama, sekaligus kritikus feminis. Pusat perhatian Cixous ada dua macam, yaitu; 1) hegemoni oposisi biner dalam kebudayaan barat. Oposisi biner yang dimaksudkan misalnya: activity/passivity, sun/moon, culture/nature, dll yang secara langsung dikaitkan dengan laki-laki.
dan 2) praktik penulisan feminine yang dikaitkan dengan tubuh. Menurut Cixous untuk menolak hegemoni laki-laki harus dilakukan dengan praktik menulis feminism. Praktik menulis dalam kaitannya dengan tubuh, yang salah satu cirinya adalah dengan pendekatan suara. Secara fisikal perempuan mematerialisasikan apa yang dipikirkan, ia memaknakannya dengan tubuhnya. Perempuan, dengan kata lain secara keseluruhan dan secara fisik hadir dalam suaranya, dan tulisannya merupakan perluasan identitas dirinya sebagai tindak kata.

Donna J. Haraway
Donna Haraway merupakan kritikus feminis dengan sudut pandang dan argumentasi yang berbeda. Salah satu aspek yang perlu ge cyborg. Cyborg merupakan cangkokan mesin dan organisme, makhluk pascagender yang mengantarkannya pada kesimpulan: “Saya lebih suka menjadi cyborg dibandingkan menjadi seorang Dewi”. Menurut Haraway perempuan harus bisa menolak hegemoni laki-laki dengan mengdentifikasi dirinya dengan kecanggihan teknologi.

Senin, 18 Mei 2009

Sekilas Sejarah feminisme

Sebagai gerakan modern, feminisme lahir awal abad ke 20 yang dipelopori oleh Virginia Woolf. Menurut Teeuw (naskah belum diterbitkan), beberapa indicator yang dianggap sebagai pemicu lahirnya gerakan feminis di dunia barat antara lain:
berkembangnya teknik kontrasepsi yang memungkinkan perempuan melepaskan diri dari kekuasaan laki-laki.
radikalisasi politik, khususnya akibat perang Vietnam.
lahirnya gerakan pembebasan dari ikatan-ikatan tradisional. Misalnya, ikatan gereja, ikatan kulit hitam Amerika dan sebagainya.
sekularisasi atau menurunnya wibawa agama dalam segala kehidupan.
perkembangan pendidikan yang secara khusus dinikmati oleh perempuan.
reaksi terhadap pendekatan sastra yang mengasingkan karya dari struktur sosial, seperti Kritik Baru dan strukturalisme.
ketidakpuasan terhadap teori dan praktik ideology Marxis orthodoks, tidak terbatas sebagai Marxis Sovyet atau Cina, tetapi Marxis di dunia Barat secara keseluruhan.

Teori-teori feminis sebagai alat kaum perempuan untuk memperjuangkan hak-haknya berkaitan erat dengan konflik kelas dan ras, khususnya konflik gender. Artinya, antara konflik kelas dengan feminisme memiliki asumsi-asumsi yang sejajar, mendekonstruksi system dominasi dan hegemoni, pertentangan antara kelompok yang lemah dengan kelompok yang dianggap lebih kuat. Feminisme menolak ketidakadilan sebagai akibat masyarakat patriarki, menolak sejarah dan filsafat sebagai disiplin yang berpusat pada laki-laki, subjek sebagai ego-centric (menggunakan pikiran-pikiran), sementara wanita sebagai hetero-centric (untuk orang lain).

Dalam teori-teori sastra kontemporer, feminis merupakan gerakan perempuan yang terjadi hampir di seluruh dunia. Gerakan ini dipicu oleh adanya kesadaran bahwa hak-hak kaum perempuan sama dengan kaum laki-laki. Kaum perempuan melalui gerakan dan teori feminis menuntut agar kesadaran kultural yang selalu memarginalkan perempuan dapat diubah sehingga keseimbangan yang terjadi adalah keseimbangan yang dinamis.
(Ratna,2006:183-187)

APAKAH FEMINIS ITU?

Secara etimologis feminis sendiri berasal dari kata femme (woman), berarti perempuan (tunggal) yang berjuang untuk memperjuangkan hak-hak kaum perempuan (jamak) sebagai kelas sosial. Tujuan feminis adalah keseimbangan dan interelasi gender.

Dalam pengertian yang lebih luas feminis adalah gerakan kaum wanita untuk menolak segala sesuatu yang dimarginalisasikan, disubordinasikan, dan direndahkan oleh kebudayaan dominant, baik dalam kehidupan politik dan ekonomi maupun kehidupan sosial pada umumnya.
Sedangkan dalam pengertian yang lebih sempit, yaitu dalam sastra, feminis dikaitkan dengan cara-cara memahami karya sastra baik dalam kaitannya dengan proses produksi maupun resepsi

Emansipasi wanita merupakan salah satu aspek dalam kaitannya dengan persamaan hak. Dalam ilmu sosial kontemporer lebih dikenal sebagai gerakan kesetaraan gender.
(Ratna,2006:184)

Minggu, 17 Mei 2009

Megawati Soekarno Putri: Bias Gender dalam Pilpres

Langkah Mega untuk mencalonkan diri sebagai calon presiden Indonesia periode 2009-2014 semakin mantap saja. Apalagi setelah meminang Prabowo sebagai cawapresnya. Kemantapan dan keyakinannya untuk bisa mengalahkan pesaing-pesaingnya yang notabene laki-laki semua seolah tidak pernah surut walaupun pada kenyataanya banyak yang menyangsikan kemenangan Mega di Pilpres 2009 nanti setelah kekalahannya pada Pilpres 2004 lalu.

Kenyataan yang seperti itu kalau dihubungkan dengan perspektif feminis sepertinya masih terdapat bias gender pada pandangan masyarakat terutama di Indonesia yang memandang bahwa perempuan belum layak untuk menjadi pemimpin, dan seolah menganggap perempuan dengan segala keterbatasan masih belum mampu mengatur tatanan Negara di segala aspek apalagi mewujudkan janji-janji yang terucap saat menggelar kampanye. Inilah yang sepertinya membuat masyarakat ragu akan kepemimpinan seorang perempuan.

Jumat, 15 Mei 2009

Kesehatan perempuan; Perspektif Feminis

Pengalaman-pengalaman perempuan dalam menghadapi masalah-masalah kesehatan reproduksinya sejak remaja, masa hamil, melahirkan, menyusui, saat ber-KB dan seterusnya, dibahas dengan menggunakan pendekatan hak-hak kesehatan reproduksi, seksual, dan hak-hak kaum perempuan menurut definisi yang ditetapkan dalam Konferensi Kependudukan dan Pembangunan ICPD di Kairo tahun 1994.

Dalam Bab IV Program Aksi ICPD dibahas secara khusus tentang diskriminasi berbasis gender yang terjadi pada seluruh siklus hidup perempuan. Lebih lanjut tentang kesehatan perempuan juga dibahas dalam konvensi CEDAW yang mencantumkan hak-hak reproduksi pekerja perempuan ditambah dengan butir-butir khusus tentang perlindungan perempuan yang tercantum dalam Rekomendasi Umum PBB No. 24 yang diluncurkan di tahun 1999.

Perempuan tidak harus malu dengan kebutuhan spesifiknya, yaitu karena keberadaan rahim dan payudaranya, ia harus menanggung tugas sosialnya untuk melahirkan sesosok tenaga baru. Dan diharapkan masyarakat juga harus mulai mengerti bahwa sesosok tenaga kerja baru yang baru saja dilahirkan itu juga merupakan tanggung jawab Negara bukan hanya menjadi tanggung jawab perempuan yang melahirkannya. Seperti yang dtulis oleh Ratna Saptari dan Brigitte Holzner dalam bukunya yang menyatakan bahwa kebijakan-kebijakan cuti hamil bagi para suami untuk ikut ambil bagian dalam mengurus bayi sampai berumur 18 bulan seperti yang dimiliki oleh Negara Norway, Sweden dan lain-lain merupakan kewajiban Negara yang memang seharusnya dipenuhi. Oleh karena itu aksi-aksi konkrit harus dirancang bersama untuk menghasilkan terobosan kebijakan menuju pemenuhan hak-hak itu.
(

Neoliberalisme, fundamentalisme dan gerakan melawan Kapitalisme global.
Subjektivitas memang tidak dapat dilepaskan dari responsibilitas social. Neoliberalisme yang mendorong privatisasi pelayanan kesehatan maupun pendidikan semakin menjauhkan terwujudnya pemenuhan hak-hak perempuan. Pelayanan kesehatan yang berkualitas hanya dapat diterima oleh orang-orang yang bisa membayar tarif mahal. Program Jamkesmas yang dijanjikan pemerintah sangat sulit diakses perempuan karena pembagian surat miskin hanya diberikan oleh RT/RW setempat, yang seringkali sangat diskriminatif dalam penyalurannya. Kepala keluarga yang hampir selalu diasumsikan sebagai laki-laki masih menjadi salah satu hambatan terbesar bagi seorang perempuan untuk mengakses ASKESKIN atau Jamkesmas. Neo-liberalisme juga mendorong para pengusaha untuk memproduksi barang-barangnya sekompetetif mungkin, dan dengan alasan itu, memotong semua kewajibannya untuk memenuhi tunjangan-tunjangan yang harus diberikan kepada karyawatinya, seperti masa cuti hamil yang tetap harus dibayar. Hanya sedikit perusahaan saat ini yang memiliki program KB bagi karyawannya.

Dengan bertambah kuatnya arus fundamentalisme yang juga berdampak pada kelangsungan kondisi kesehatan reproduksi perempuan, antara lain dengan masih kuatnya pernikahan dini dan dibatasinya penggunaan alat kontrasepsi, maka komplikasi saat Kehamilan yang Tidak Diinginkan (KTD) meningkat terus dari hari ke hari. Padahal konvensi perlindungan anak mendefinisikan bahwa anak adalah yang usianya 18tahun ke bawah. Tetapi faktanya sejak Kongres Perempuan pertama tahun 1928 di Yogyakarta sudah diserukan penghentian praktek Kawin Anak, praktek itu ternyata sampai kini masih saja menjadi kebiasaan umum di masyarakat.

Banyak tindakan yang sebenarnya merupakan pelanggaran terhadap hak asasi perempuan masih sering belum diakui oleh sekelompok masyarakat atau bahkan Negara dengan alasan tradisi atau ajaran agama. Misalnya praktek sunat pada bayi perempuan, tes keperawanan dalam rekrutmen Polwan, Kowal, Kowad, dan sebagainya, atau tes keperawanan untuk calon istri TNI/POLRI sebagai persyaratan untuk bisa menikah.
Kekerasan berbasis gender baru diakui tahun 1990-an benar-benar mendapatkan perhatian.

Berikut ini beberapa dampak kekerasan terhadap kesehatan perempuan
Kesehatan fisik
- Penyakit Menular Seksual dan HIV/AIDS
- Luka-luka
- Kehamilan yang tidak diinginkan
- Keguguran
- Penyakit kronis di sekitar panggul atas
- Pusing-pusing, sakit kepala (migrain) yang kronis
- Penyakit-penyakit pada organ reproduksi
- Penggunaan minuman keras
- Sindroma sekitar anus
- Tingkah laku yang merugikan kesehatan (merokok, melakukan sex yang tidak aman)

Kesehatan jiwa/emosional
- Stress berat
- Deprsi
- Kegelisahan yang berkepanjangan/trauma
- Trauma seksual/disfungsi seksual
- Gangguan pada selera makan
- Gangguan kepribadian ganda
- Obesitas dan bulimia

Kematian karena:
- HIV/AIDS
- Bunuh diri
- pembunuhan

disunting dari Jurnal Perempuan 61)

Mengapa Shinta Harus Menceburkan Diri ke Bara

Dewi Shinta harus menceburkan diri ke api untuk membuktikan kesetiaannya kepada Rama setelah sekian waktu diculik Rahwana, Rama harus tahu apakah sang istri masih suci, masih perawan, atau tidak. Rama perlu bukti, Shinta rela membuktikannya. Dan Shinta tanpa ragu rela meregang nyawa.

Sepenggal kisah Ramayana itu memang menarik untuk diceritakan. Siapa yang tidak kenal dengan kisah Ramayana dan Shinta? Namun di sini yang perlu dipertanyakan “mengapa Shinta begitu rela dan pasrah saat Rama meminta pembuktian atas kesucian dirinya untuk menceburkan diri ke bara api? Mengapa Rama tidak mempercayai Shinta?” dan apakah kisah ini memang dibuat seperti itu?

Yach… memang kalau membicarakan persoalan perempuan begitu sangat kompleks. Kasus-kasus terbalut “penerimaan tanpa syarat” (seperti yang dilakukan Shinta) terhadap budaya patriarkat selalu menelusup ke sisi sosial, religi hingga kekuasaan. Akibatnya, perempuan terkondisikan tak pernah bisa bersuara, memilih, bahkan mempertanyakan pa yang dialaminya, apakah hak dan tanggung jawabnya. Jika saja sejarah tradisi bisa diputar dan ada orang yang memberi tahu tentang keadilan, bisa jadi Shinta bakal menolak mentah-mentah untuk nyemplung ke bara. Lalu Shinta akan berkata ngapain gue susah-susah nyeburin diri ke api? Cowo kan masih banyak yang ngantri?

Tapi kisah Ramayana dan Shinta memang sudah menjadi kisah baku dan sudah tidak dapat dirubah lagi. Kalau dalam pewayangan kisahnya dibuuat tanpa adanya pembuktian dari Shinta tentu saja ceritanya menjadi tidak akan menarik dan penonton tidak akan merasa tersentuh. Persoalannya sekarang yang harus dirubah adalah cara pandang dan pemikiran kita mengenai lelaki-perempuan.

Selasa, 12 Mei 2009

Tentang Perempuan

Perempuan adalah suatu mahluk yang diciptakan Tuhan dengan sempurna, dengan segala kelebihan dan kekurangannya, sama dengan ciptaan Tuhan lainnya. Perempuan adalah juga Individu yang indah dan unik serta mempunyai peranan tersendiri, peranan yang khusus di dalam kehidupan ini.

Perempuan bisa menjadi suatu pribadi yang menyenangkan dan mempunyai arti bila ia menyadari, memahami dan menjalankan fungsinya di posisi dimana dia ditempatkan di dalam dunia ini, baik sebagai anak, ibu, menantu, mertua, adik, kakak, istri ataupun teman. Lakukanlah fungsi kita sebaik-baiknya sesuai dengan apa yang kita terima dari penciptanya. Saya tidak ingat bahwa ada suatu kondisi tertentu bila kita melakukan suatu perbuatan tertentu. Tidak disebutkan bahwa saya akan mencintai, menghormati dan melayani dia bila dia juga melakukan hal yang sama, bila tidak, saya juga tidak mau melakukannya untuk dia, saya yang rugi dong. Well, ini bukan masalah untung rugi, karena kita tidak sedang berdagang. tetapi masalah janji kita pribadi dan masalah membantu satu sama lain. Bagaimana kita bisa bertumbuh dalam karakter yang lebih baik di dalam situasi yang terjelek sekalipun, jadi walaupun keadaan / pasangan kita tidak seperti yang kita harapkan, kalau kita mau. Jangan merepotkan / meributkan hal-hal yang tidak perlu. Tidak apa kalah untuk memenangkan the war. Mengalah untuk menang di dalam cara mengatasi keadaan dan kelangsungan pernikahan kita. Idealnya, semakin kita banyak masalah, semakin kita bisa memberkati orang lain dengan menceritakan pengalaman kita dalam mengatasi dengan baik dan benar pengalaman hidup kita. Hidup yang memberkati adalah hidup yang memberi.

Siapa perempuan adalah bagaimana si perempuan itu sendiri memandang dan menghargai dirinya dan bagaimana orang lain memandang pribadi yang bersangkutan, walaupun hal ini tidak terlalu penting untuk dipikirkan. Banyak perempuan yang mencari identitas dirinya secara berlebihan untuk agar bisa diterima di masyarakat atau suatu kumpulan kelompok tertentu. Hal ini biasanya terjadi di masa-masa puber ataupun pada perempuan dewasa yang masih sibuk dengan banyak masalah identitas. Pendeknya, siapapun kita sebagai perempuan, identitas kita adalah sebagai ciptaan Tuhan, dan Tuhan sendiri sangat mengasihi dan peduli pada kita, bagaimanapun kita memandang diri kita. Banyak perempuan yang mengalami kejadian yang tidak menyenangkan kemudian memvonis dirinya dengan label-label tertentu, dan mengasihani diri sendiri. Para perempuan perlu cepat bangkit dari kondisi yang seperti ini karena dari pemikiran yang salah bisa timbul tindakan yang salah, yang terjelek adalah bunuh diri, dan itu seringkali terjadi hanya karena tidak adanya self acceptance / penerimaan diri yang benar. Cobalah berdamai dengan diri sendiri, terima kekurangan dan kelebihan diri kita and tetap berusahalah. Ingatlah bahwa siapapun kita di masa lalu, itu hanya masa lalu, if we lose, don’t lose the lesson. Bila kita gagal, janganlah mengabaikan apa yang bisa dipelajari dari kegagalan itu. Yang terpenting adalah hidup di masa sekarang dan untuk masa yang akan datang dengan terus memperbaiki keadaan.

Perempuan adalah juga mahluk yang senang bersosialisasi. Senang untuk ngobrol kesana kemari dengan teman-temannya karena itu juga oleh sebagian perempuan digolongkan sebagai salah satu bentuk dalam mengungkapkan emosi dan perasaannya. Perempuan suka berbicara dan ingin didengarkan. Yang perlu diingat disini adalah carilah teman berbagi yang benar. Berteman boleh dengan banyak orang, tetapi bergaul yang lebih intens sebaiknya dengan orang-orang yang akan membawa pengaruh baik dalam diri kita. Karena ada tertulis bahwa pergaulan yang jelek merusak kebiasaan baik.

Carilah calon partner hidup yang bisa mendengarkan dan memahami diri kita sebagai perempuan, banyak-banyaklah berbicara mengenai berbagai pandangan hidup dan berbagai masalah, karena memiliki nilai dan kepercayaan yang sama di dalam suatu hubungan akan sangat membantu di dalam keharmonisan suatu hubungan. Ingatlah bahwa hidup adalah juga serangkaian masalah dan pengambilan keputusan, dan keputusan diambil berdasarkan value dan beliefs seseorang, akan sangat menyenangkan bila kita dan pasangan kita mempunyai cara pandang yang sama.

Jumat, 17 April 2009

Perempuan dengan Segudang Tanggung Jawab

RITA SUBOWO
Perempuan dengan
Segudang Tanggung Jawab

Siapa bilang perempuan hanya bisa menyelesaikan pekerjaan rumah tangga saja? Siapa bilang perempuan tidak bisa terbang bebas mengepakkan sayap meraih kesuksesan yang gemilang? Dan siapa bilang perempuan itu gak bisa ngapa-ngapain hanya bisa menyusahkan dan manja? Siapa bilang??
Lalu bagaimana dengan Rita Subowo? Sosok perempuan dengan segudang tanggungg jawab mampu membuktikan sekaligus menepis keraguan bahwa perempuan bukan sekedar memiliki label sebagai ibu rumah tangga. Apa yang dilakukan Rita cukup membuat kita berdecak kagum. Keberhasilannya membuat acara Asian Beach Game yang mellibatkan 45 negara yang diadakan di Denpasar- Bali beberapa waktu yang lalu sudah cukup menjadi salah bukti kehebatan perempuan yang satu ini. Kita bisa lihat bahwa seorang rita Subowo yang juga memiliki tanggung jawab sebagai ibu rumah tangga juga mampu mengorganisasikan kegiatan yan melibatkan 45 negara Asia tersebut.

Sekilas tentang Rita Subowo
Istri dari Subowo Atmosasrdjono ini bukanlah sekadar ibu rumah tangga biasa. Di pundaknya dibebankan tanggung jawab menjadi pemimpin Komite Olahraga Nasional (KON) dan Komite Olimpiade Indonesia (KOI)
Ketika mencalonkan diri untuk menjadi Ketua Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Pusat (kini KONI menjadi KON sesuai dengan UU No 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional), Rita harus menghadapi tiga ‘jenderal’ yaitu Luhut B Pandjaitan, Achmad Sutjipto, dan Andy M Ghalib. Dan akhirnya, ia menjadi perempuan pertama yang dipercaya menjadi komandan KONI sejak era Sri Sultan Hamengku Buwono IX (1966) untuk periode 2007-2011.
Mantan atlet bola basket ini memang dikenal tangan dingin dalam memoles organisasi. Di tangannya, Persatuan Bola Voli Seluruh Indonesia (PBVSI) terbilang cemerlang. Pada tahun 2000, ia naik pangkat menjadi orang nomor satu di PBVSI.
Pada tahun 2002 dan 2006, Rita terpilih sebagai Wakil Presiden (FIVB). Ia menjadi perempuan pertama Indonesia yang menempati posisi prestisius tersebut. Ia juga terpilih menjadi anggota FIVB Board of Administration.

BIODATA
Nama : Rita Sri Wahyusih Subowo
Lahir : Yogyakarta, 27 Juli 1948
Suami : Subowo Atmosardjowo
Anak : Ariandini Purbowati, Andru, Anton
Orang Tua : Rendra Karno dan Djuriah Karno

Pengalaman Organisasi:
2007-2011 : Ketua KONI/KOI
2005-2008 : Wakil Presiden Olympic Council of Asia (OCA)
2002-2007 : Presiden Asia Beach Volley Council
2002-2006 : Presiden of World Volleyball Vision for Asia
Wakil Ketua Umum KONI Pusat
2005-2007 : Sekjen KONI Pusat
2000-2005 : Ketua Umum PP PBVSI
1996-2000 : Ketua Harian PP PBVSI
1993-1997 : Presiden Voli Pantai Asia Pasifik
1994-1998 : Presiden Dewan Voli Pantai Asia Pasifik
1991-1996 : Presiden Komite Voli Pantai Indonesia
1992-19933 : Sekjen Voli Pantai Asia Pasifik

Penghargaan:
• IOC Diploma for the Women and Sport Achievement Award
• Bintang Kehormatan Adi Manggala Krida
suprihatno@mediaindonesia.com

Rabu, 18 Maret 2009

Perempuan-perempuan yang Luar biasa

Peradaban telah mengubah jaman, dari yang kuno/sangat tradisional sekarang berganti serba modern. Seiring itu banyak peristiwa yang terjadi selama masa perubahan tersebut. Berbagai pergeseran nilai pun bisa dilihat, dari pergeseran nilai adat dan budaya, agama, bahkan yang berkaitan dengan nilai moral.

Di Indonesia kita bisa melihat salah satu dari wujud pergeseran nilai budaya yaitu yang terjadi di kalangan kaum perempuan. Dulu kehidupan perempuan identik dengan system pingitan, mereka tidak dibolehkan melakukan aktivitas di luar rumah, dan mereka hanya disibukkan dengan kegiatan rumah tangga saja. Seperti memasak, mencuci, mengurus anak dan suami.

Namun, begitu muncul emansipasi yang tercetus oleh perjuangan R.A Kartini mulailah kaum perempuan mendapatkan kebebasannya. Perlahan namun pasti kaum perempuan mulai mencari jati diri masing-masing. Dan dengan munculnya gerakan feminisme yang dicetuskan oleh tokoh-tokoh feminis dari berbagai Negara yang menuntut adanya kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan, hal ini membuat kedudukan perempuan semakin kuat.

Kaum perempuan mulai berani menunjukkan kreatifitas dalam berbagai bidang. Dan dunia mulai mengakui berbagai prestasi yang hasilkan oleh kaum perempuan. Mereka membuktikan bahwa perempuan juga bisa seperti laki-laki, mereka tidak hanya bisa melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga saja, tetapi mereka juga bisa mencari nafkah sendiri melakukan tanggung jawab seperti yang dilakukan laki-laki.

Sebagai buktinya, sekarang kita bisa melihat perempuan-perempuan yang aktif di bidang perkantoran, sastra, politik. Bahkan tidak sedikit diantara mereka yang berhasil dan sukses dalam usahanya. Dan karena itu layaklah penghargaan kita berikan sebagai wujud apresiasi kepada perempuan-perempuan yang luar biasa ini. Berikut ini adalah contoh sosok-sosok perempuan dengan berbagai prestasi, keberanian, dan kehebatannya.


Sri Mulyani

Raih Bung Hatta Anti Corruption Award

Keteladanan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sebagai sosok yang bersih dari korupsi yang kiprahnya dalam ikut serta memberantas korupsi di lingkungan departemennya membuahkan hasil. Ia meraih Bung Hatta Anti Corruption Award (BHACA) 2008 dari perkumpulan BHACA.

Menurut ketua Perkumpulan BHACA, Natalia Soebagjo bahwa ada criteria yang ditetapkan dewan juri dalam menetapkan pemenang, yaitu bersih dari praktik korupsi, berperan nyata dan aktif dalam pemberantasan korupsi, dan menumbuhkan inspirasi bahwa dalam lingkungan yang korup tidak menutup kemungkinan bagi kita untuk membawa perbaikan.

Sri Mulyani dianggap berperan nyata dalam membuat perubahan di institusi perekonomian Indonesia, sebagai bukti adanya efisiensi dalam Kantor Pelayanan Pajak Tanjung Priok.

Kompas