Jumat, 15 Mei 2009

Mengapa Shinta Harus Menceburkan Diri ke Bara

Dewi Shinta harus menceburkan diri ke api untuk membuktikan kesetiaannya kepada Rama setelah sekian waktu diculik Rahwana, Rama harus tahu apakah sang istri masih suci, masih perawan, atau tidak. Rama perlu bukti, Shinta rela membuktikannya. Dan Shinta tanpa ragu rela meregang nyawa.

Sepenggal kisah Ramayana itu memang menarik untuk diceritakan. Siapa yang tidak kenal dengan kisah Ramayana dan Shinta? Namun di sini yang perlu dipertanyakan “mengapa Shinta begitu rela dan pasrah saat Rama meminta pembuktian atas kesucian dirinya untuk menceburkan diri ke bara api? Mengapa Rama tidak mempercayai Shinta?” dan apakah kisah ini memang dibuat seperti itu?

Yach… memang kalau membicarakan persoalan perempuan begitu sangat kompleks. Kasus-kasus terbalut “penerimaan tanpa syarat” (seperti yang dilakukan Shinta) terhadap budaya patriarkat selalu menelusup ke sisi sosial, religi hingga kekuasaan. Akibatnya, perempuan terkondisikan tak pernah bisa bersuara, memilih, bahkan mempertanyakan pa yang dialaminya, apakah hak dan tanggung jawabnya. Jika saja sejarah tradisi bisa diputar dan ada orang yang memberi tahu tentang keadilan, bisa jadi Shinta bakal menolak mentah-mentah untuk nyemplung ke bara. Lalu Shinta akan berkata ngapain gue susah-susah nyeburin diri ke api? Cowo kan masih banyak yang ngantri?

Tapi kisah Ramayana dan Shinta memang sudah menjadi kisah baku dan sudah tidak dapat dirubah lagi. Kalau dalam pewayangan kisahnya dibuuat tanpa adanya pembuktian dari Shinta tentu saja ceritanya menjadi tidak akan menarik dan penonton tidak akan merasa tersentuh. Persoalannya sekarang yang harus dirubah adalah cara pandang dan pemikiran kita mengenai lelaki-perempuan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar